Sabtu, 22 Agustus 2015

The Giver ‘Sang Pemberi’

Judul                     : The Giver ‘Sang Pemberi’
Penulis                  : Lois Lowry
Penerjemah           : Ariyantri Eddy Tarman
Penerbit                : Gramedia Pustaka Utama
Tebal                    : 232 halaman
Genre                   : Distopia



Buku ini salah satu favorit saya, karena saya mendapatkan buku ini waktu premiere The Giver di Plaza Indonesia dari Gramedia, ini buku dengan genre Distopia pertama saya. Buku ini bercerita dengan karakter utama bernama Jonas berumur 12 tahun, yang kehidupannya sungguh sempurna, tinggal di komunitas bersama  dengan “Ayah dan Ibu” serta Lily, adik perempuannya yang sudah berumur 7 tahun. Kenapa bisa dibilang sempurna? Karena di komunitas ini tidak ada perkelahian, kecemburuan, perang, kelaparan, perbedaan, semua pekerjaan sudah diatur, bahkan pasanganpun sudah dipilihkan oleh komite, ketika sakit atau luka kecil-pun, komite dan unit keluarga akan bertindak sangat cepat untuk mengobati.

Cerita dimulai ketika memasuki bulan Desember, Jonas merasa takut, bukan, bukan takut, lebih tepatnya merasa khawatir. Karena di umur 12, bersama dengan anak 12 lainnya, setiap anak akan dipilihkan pekerjaan untuk di komunitas ketika kemarin ketika umur 11, mereka sudah kerja praktek selama setahun dan sudah diawasi serta dinilai oleh komite. Dalam upacara 12-nya, Jonas berharap mendapatkan pekerjaan penting dalam komunitasnya. Dulu, ketika seorang anak lahir, semua anak diberi nomor sebelum nama, dan Jonas mendapat nomor 19, walau sekarang bernama Jonas, Jonas tetap 19 saat upacara, atau ketika ayah dan ibu marah, maka kemarahannya seperti “cukup, sembilan belas” begitu, karena menurut komite anak yang “nakal” tidak pantas dipanggil dengan nama mereka. upacara berjalan lancar sampai ketika urutan 19 tidak dipanggil, tetapi langsung menuju nomor 20 setelah 18, Jonas mulai merasa takut dan malu, apa yang telah dilakukannya sampai komite melupakannya, bahkan Jonas tidak berani melirik ke orang tuanya.

“Jonas tidak ditugaskan,” dia memberitahu hadirin, dan jantung Jonas mencelus..
Kemudian Tetua Kepala melanjutkan. “Jonas sudah terpilih.”
—The Giver ‘Sang Pemberi’, hlm. 77

Begitulah komite mengakhiri pidato dalam upacara, mengatakan bahwa Jonas sudah terpilih, terpilih untuk menjadi “sang penerima” dan seperti yang dikatakan oleh penerima sebelumnya, Jonas mempunyai kemampuan “melihat jauh”. Jonas tidak mengerti, Jonas ketakutan, awal mulanya semua hadirin yang datang mengelukan nama Jonas dalam bisikan hingga menjadi teriakan semangat “JONAS, JONAS, JONAS”.

Hari pertama Jonas ditugaskan, Jonas sangat bersemangat, Jonas menemui pelatih barunya yang menyebut dirinya sebagai “The Giver” karena Jonas sekarang adalah “The Receiver”, Jonas diperbolehkan menanyakan apapun yang dia suka, diperbolehkan berbohong, tidak diijinkan menceritakan tentang pelatihannya atau menceritakan mimpinya dan diperbolehkan tidak meminum obat pagi.

Pelatihan Jonas sungguh unik, Jonas hanya disuruh berbaring dan The Giver, meletakkan tangan di punggung Jonas lalu memberikan kenangan, kenangan tentang masa lalu, manusia beribu-ribu tahun lalu, yang ada sebelum Jonas dan The Giver lahir. Jonas tercengang, atau lebih tepatnya kaget, dengan apa yang diberikan oleh The Giver, Jonas diberi kenangan tentang salju, kereta luncur, dan segala macam warna. Jonas menanyakan kenapa tak ada warna di komunitas? Kenapa tak ada salju? Padahal semua itu menyenangkan dan membuat Jonas merasa hidup.

“Tetapi, setelah sekarang aku bisa melihat warna, setidaknya kadang-kadang aku berpikir: bagaimana jika kita bisa menunjukkan benda-benda berwarna merah manyala, atau kuning menyala, dan dia bisa memilih? Ketimbang Kesamaan.” —The Giver ‘Sang Pemberi’, hlm. 121

Semua dicegah dalam komunitas, tak boleh ada warna, karena perbedaan memunculkan perselisihan, tak ada salju, karena iklim tersebut dapat membuat penanaman menjadi sulit. Tak dapat berbicara dengan bebas, tidak ada yang namanya kelaparan, yang ada itu lapar, pekerjaan-pekerjaan yang ada pun unik. Ada pekerjaan dinamakan ibu kandung, yaitu wanita yang diberi segala macam kenikmatan dalam komunitas selama 3 tahun dan diharuskan melahirkan 3 anak, setelah melahirkan 3 anak, maka ibu kandung tersebut dibuang untuk bekerja menjadi buruh. Dalam setiap komunitas hanya boleh terisi 1 wanita dewasa, 1 laki-laki dewasa, seorang anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Jika pelanggaran yang ditetapkan tidak dipatuhi, maka anggota komunitas akan dihukum  sampai yang terberat adalah dibuang ke “Tempat Lain”, disini pembaca akan tercengang apa itu yang dimaksud “tempat lain”.

Lois Lowry menggambarkan karakter Jonas sebagai remaja yang penuh rasa ingin tahu, pemberani, mempunyai semangat tinggi, berkemauan keras dan pengamat yang baik. Kisah ini lamban tapi menghanyutkan. Pun diakhiri dengan tipikal sebuah cerita yang saya suka. Tanpa sebuah jawaban yang konkret, pembaca dibiarkan menerka tentang apa yang terjadi selanjutnya.

Karena ada sifat pemberontak dalam diri Jonas, Jonas pada akhirnya membuat perbedaan besar dalam komunitasnya,saya gak akan menceritakan lebih lanjut tentang kisah Jonas, karena lebih asyik bila baca sendiri atau mungkin nonton filmnya. Selain dari segi cerita, saya juga suka dengan sampul The Giver yang penuh warna, ceria dan terkesan seperti buku cerita anak-anak. Penerjemahannya juga smooth dan tak ada kata sulit sehingga susah dipahami. Buku ini punya kesan sendiri di dalam diri saya, saya baca buku ini mungkin udah yang kelima, bahkan filmnya pun udah saya nonton 8 kali haha.

Jadi, kalau mau baca buku ber-genre Distopia yang menurut saya gak terlalu berkesan mikir dan dark, The Giver cocok banget buat referensi. Sekian resume saya kali ini, terima kasih J

0 komentar: